15 Januari 2022
Empat bulan
dilewati tanpa mama. Sejak mama pergi banyak hal yang ingin aku luapkan. Sedih,
kecewa, marah, menyesal, tapi sulit sekali mengungkapkannya lewat kata-kata.
Sedih, tentu
saja..
Selama ini hanya
melihat bagaimana teman-teman lain yang lebih dulu ditinggalkan orangtuanya. Aku
beruntung bisa ditemani mama hingga umur 29 tahun. Selama 29 tahun itu juga
yang membuat perasaan sedih lebih dalam. Semakin lama bersama semakin banyak
memori yang sulit dilupakan, semakin banyak memori yang selalu terngiang,
disetiap sudut jalan, disetiap tindakan, disetiap kata-kata yang didengar
kadang terngiang itu pernah diucapkan mama, itu pernah dilewati bersama mama.
Kecewa, marah..
sangat,
Kenapa mama
egois, kenapa mama mikirin diri sendiri di akhir hidup mama, kenapa mama
memilih menderita, kenapa mama harus seperti itu setelah semua pengorbanan yang
sudah mama lakukan untuk keluarga. Mama pantas bahagia disisa hidup mama, tapi
kenapa kebahagiaan itu tidak mama pilih. Mama menggantungkan kebahagiaan mama
dg abah yang tidak punya perasaan. Sebesar apapun usaha kami menyadarkan mama,
mama tetap memilih menderita. Ma, mama punya banyak alasan untuk bahagia, come
on… mama punya anak-anak yang sukses, mama melahirkan anak-anak yang penuh
bakat, mama punya cucu-cucu yang cantik-cantik, ganteng, sehat. Mama punya
harta yang banyak, mama bisa foya-foya untuk membahagiakan diri, mama punya
Tuhan yang memberikan mama semua. Tuhan cuma ambil satu dari semua itu, suami
yang setia. Mama mungkin tidak memiliki suami yang setia, tapi mama punya
banyak alasan lain untuk bahagia.. ma ayolah..
Menyesal…
Sebenarnya aku
mencoba untuk menghindari perasaan ini ma, aku tidak ingin ada kata menyesal..
tapi semakin lama, tetap saja aku harus mengakui diriku sendiri bahwa aku
menyesal. Harusnya aku lebih giat lagi memberi mama semangat, harusnya aku
mengeluarkan mama dari rumah yang membuat mama menderita itu, harusnya aku lebih
keras lagi untuk meyakinkan mama, harusnya aku selalu ada dekat mama, harusnya
aku lebih merasakan penderitaan mama, harusnya aku bisa lebih sabar menghadapi
mama yang selama hampir 3 tahun ini hanya menceritakan tentang perselingkuhan
abah. Ini pasti berat banget untuk mama, dunia pasti jahat banget bagi mama,
gimana rasanya dihianati orang yang telah dicintai selama 30 tahun, pasangan
hidup. Ini berat buat mama… setiap mama cerita, baik dirumah, atau ditelpon,
seringkali aku jengkel, aku marah, disisi lain aku bosan. Tapi diperjalanan
pulang aku nangis, setelah tutup telpon aku nangis, kadang aku lagi ngerjain
sesuatu keingat itu aku nangis, aku juga ga kuat ma.. aku juga sedih merasakan
apa yang mama ceritakan, aku juga rasanya mau nampar mereka yang bikin mama sedih.
Aku mau teriak ke semua orang aku benci abah yang bikin mama menderita. Aku
harus akui aku menyesal.. mama maafkan ma.. harusnya aku bisa membuat mama
tertawa lebih banyak… harusnya aku bisa membawa mama jalan-jalan lebih jauh,
membawa mama makan-makan lebih enak.. maafkan anak mama yang bodoh ini. L
Setelah kepergian
mama, kami berdamai dengan abah.. bukan hal yang gampang ma, perlu kebesaran
hati, perlu jiwa yang lapang untuk memafkan. Walaupun sampai hari ini rasanya
ingin teriak, ingin lempar abah masih terbesit. Seandainya boleh, ingin bilang “kenapa
tega, mama yang sudah melahirkan keturunan-keturunan abah, mama yang berhasil melahirkan
anak-anak yang baik ini untuk abah, mama berkorban banyak, kenapa tega.., mama
memang tidak sempurna, abah pun tidak sempurna. Mama cantik, pintar, bisa
masak, hebat segala hal, mama bekerja juga, mama membersihkan rumah juga, mama
didapur juga, mama membesarkan anak-anak juga, kalau mama punya kekurangan, gak
sebanding dengan berapa banyak kelebihan yang mama punya. Abah jahat, gagal,
worst, bangs*t!”
Tapi ga boleh..
aku Cuma ingin meluapkan disini, bagaimanapun orangtua juga tidak bisa sempurna
sebagaimana seorang anak yang tidak bisa sempurna. Pada akhirnya abah akan
merasakan sendiri akibat dari perbuatan abah yang semena-mena. Terimakasih atas
contoh yang dipertontonkan untuk kami, terimakasih atas teladan yang diberikan.
Abah lupa punya anak yang masih dibawah umur saking abah hanya memikirkan diri
sendiri. Bahkan menanyakan bagaimana perasaannya pun tidak pernah. Hallo bah dia
menonton perkelahian orangtuanya, dia tinggal dirumah yang penuh pertengkaran,
hingga dia ditinggalkan seorang ibu diusianya yang masih kecil, pernah gak
tanya gimana perasaannya? Atau sekedar menganggap kehadirannya. Abah selalu
bilang sudah ngasih ini, belikan itu, apalah-apalah.. dia manusia gak Cuma butuh
uang. Lagipula uang memang kewajiban orangtua buat anak gak perlu-lah disebut. Plis
abah orangtua macam apa.
………………..
Adik kecilku,
dia hebat…
Bagaimana bisa
dia sedewasa itu setelah melihat pertengkaran orangtuanya yang tragis didepan
matanya. Setelah mendengar banyak hal yang harusnya tidak didengarnya. Tidak ada
yang tau seperti apa kondisi jiwanya yang sebenarnya. Dia hanya meluapkannya
lewat tulisan yang penuh arti.. entah bagaimana dia menyembunyikan luka
hatinya. Mama melahirkan Queensha yang hebat ma, harusnya mama tidak tinggalkan
dia secepat ini, harusnya mama lihat bagaimana hebatnya dia, kuatnya dia, mama
melahirkan Queensha yang berbakat, harusnya mama bisa ucapkan kata bangga
untuknya.
Adik kecilku
yang hebat, dulu sewaktu aku seusia kamu, aku hanya melihat yang indah, yang
menyenangkan. Allah menciptakan mu di Rahim mama ketika mama diusia yang sudah
tidak muda lagi, itu bukan suatu kebetulan, kamu memang dibentuk untuk jadi
anak yang lebih kuat dan kokoh dibanding teman-temanmu yang memiliki orangtua
utuh..bahkan dibanding kakak-kakamu yang sudah dewasa ini. Adikku berbahagialah…
banyak alasan yang bisa kamu ciptakan untuk bahagia. Terimakasih untuk memilih
bahagia hingga hari ini..
Komentar
Posting Komentar