Drama Menjadi Ibu Pekerja


Adalah hal yang teramat sulit ketika memulai menjadi ibu bekerja. Apalagi dari sejak dalam kandungan, aku dan sabina adalah bagai 2 tubuh yang tidak pernah terpisahkan. Kemudian sabina juga ikut ke jogja untuk menemani ku berjuang menyelesaikan tesis. Kemanapun selalu bersama, sabina ikut menunggu dosen, ikut masak, ikut mandi, ikut makan, ikut ngerjain apapun yang dikerjakan mamanya. dia belajar mpasi berdua bersama ku, Dia belajar berjalan berdua bersamaku,
Bahkan setelah selesai kuliah s2 Aku juga hampir tidak pernah meninggalkannya, kecuali saat dia tidur baru dititipkan ke nenek dan harus cepat pulang sebelum dia terbangun. 
Kami adalah teman yang sangat dekat, hingga usia sabina 2 tahun 4 bulan, lalu mama nya yang biasanya selalu dirumah berdua bersamanya tiba-tiba harus bekerja setiap hari. Dan dengan terpaksa sabina dititipkan di PAUD ULM. Aku memahami bahwa dia pasti shok dan sedih kenapa situasi berubah 180 derajat. Tiba-tiba mamanya meninggalkannya ditempat yang dia tidak kenal, tempat yang sangat asing baginya. Banyak anak-anak kecil yang berlarian, ada yang main dorong-dorongan, ada yang menangis disudut yang lain. Baginya itu adalah situasi yang mengejutkan.
Di awal-awal sekolahnya, kami berdua selalu menangis ketika mau berpisah rasanya tidak sanggup meninggalkan sabina disana. Tapi tidak ada yang bisa dilakukan selain melakukannya. Drama lumayan berat ini berlangsung hingga 4 bulanan, karena selain ekspresi dia yang sedih saat ditinggal, dia juga tidak mau makan dan minum di sekolah, dia juga cuma duduk di pojok kelas tanpa beralih kemana-mana, tidur tidak mau di kasur, untungnya mau mandi sore, itupun karena gurunya bilang kalau mama sudah mau jemput, jd harus mandi dulu…
Jadi selama Sabina tidak mau makan makanan di sekolah, akhirnya aku yang siapkan bekal supaya dia mau makan, terus ayah Sabina juga kepikiran gimana kalau kasur kita bawa sendiri, mungkin Sabina tidak suka menggunakan barang-barang yang bukan miliknya. Ternyata benar, setelah dibawakan kasur, bantal, dan guling sendiri, Sabina mau dan bahkan kata gurunya, Sabina nyenyak tidurnya disekolah. Alhamdulillah.. beberapa masalah teratasi.
Bulan kelima, Sabina mulai bisa beradaptasi sedikit demi sedikit, punya satu teman akrab namanya Uwais. Kata gurunya, Uwais lebih bisa ngajak Sabina main, karena selama ini Sabina kalau dideketin teman-temannya selalu marah, tapi aku bisa memahami itu karena pasti dia merasa insecure dengan teman-temannya. Ketika gurunya mengatakan kalau Sabina sudah punya teman bermain, aku sedikit lega…
Saat ini sudah jalan 6 bulan Sabina bersekolah, tidak ada drama tangisan lagi, walaupun ekspresinya masih sedih ketika ditinggal. Sudah mau makan punya sekolah tapi tetap di pojok ruangan (bukan di meja makan tempat teman-temannya makan bersama). Di rumah dia sering bersenandung lagu-lagu yang dinyanyikan disekolah, berperan jadi salah satu gurunya, dan memainkan permainan yang diajarkan disekolah, sering juga bercerita tentang teman-temannya hari itu. Aku pikir Sabina pasti menyerap apa yang di sampaikan gurunya disekolah walaupun dia tidak ikut ngumpul (Cuma memperhatikan dari pojok kelas).
Sabina, maafkan mama yaa sudah menitipkan Sabina di sekolah terlalu dini, semoga mama dan ayah bisa memberikan waktu yang berkualitas untuk Sabina ketika dirumah.
We love you as always…

Komentar

Postingan Populer